Mudir, Dewan Guru dan Pengasuhan Santri Copyright © PSB Al-Hassan Islamic Modern Boarding School
Kegiatan yang ada di Kampus Putra Copyright © PSB Al-Hassan Islamic Modern Boarding School
Kegiatan yang ada di Kampus Putri Copyright © PSB Al-Hassan Islamic Modern Boarding School
Kegiatan Ekskul yang ada di Kampus Putra Copyright © PSB Al-Hassan Islamic Modern Boarding School
Asrama Santri Putra dan Fasilitas Copyright © PSB Al-Hassan Islamic Modern Boarding School

Muqoddimah Mudir dalam Penyambutan PSB Pondok Pesantren Modern Al-Hassan


Seribu manusia ada yang berbobot seorang, dan satu orang ada yang berbobot seribu, bila yang satu memiliki perhatian besar terhadap sesuatu. (syair arab).

Dalam  sebuah  rumah di kota madinah, duduklah Umar r.a. bersama sahabat-sahabatnya seraya berkata kepada mereka: “Cobalah berharap”, salah seorang mereka berkata: “Aku mengharapkan seandainya rumah ini dipenuhi dengan emas lalu aku infakkan semua dijalan Allah”. Umar r.a mengulangi ucapannya: “Berharaplah”, sahabat lain berkata: “Aku mengharapkan seandainya rumah ini penuh dengan permata dan intan yang bisa aku sedekahkan semuanya di jalan Allah”. Umar r.a mengulang sekali lagi permohonannya: “Berharaplah”, para sahabat serentak menjawab: “Wahai Amirul Mukminin, kami belum menangkap apa yang kau inginkan?” Beliau menjawab: “Aku mengharapkan orang-orang seperti Abu Ubaidah bin Jarrah, Mu’adz bin Jabal dan Salim budak Abu Hudzaifah, yang semuanya bisa membantuku berjuang Lii’lai kalimatillah”.

Memang Umar r.a hebat, beliau mengetahui betul apa yang dibutuhkan untuk membangun sebuah kebudayaan agung, dan membangkitkan suatu umat yang statis. Beliau amat luar biasa ketika tidak mengharapkan emas atau intan permata tapi mengharapkan orang-orang istimewa yang berotak besar yang mampu mendukung kebenaran dan menggapai kemenangan.

Setiap ummat dan perjuangan yang besar membutuhkan “otak-otak besar” yang menggerakkan, membangkitkan dan mengarahkan perjalanannya. Disamping dukungan kekayaan dan sumber daya alam. Namun SDM unggulan lebih berharga dari sumber daya alam yang amat mahal sekalipun. Barangkali disinilah rahasianya mengapa Rasulullah saw pernah bersabda: “Manusia-manusia itu bagai seratus onta dimana anda hampir-hampir tidak menjumpai satu pun yang menjadi rohilah (unta yang mampu membawa beban)”.

Manusia berotak besar merupakan inti kehidupan suatu bangsa. Betapapun hebatnya suatu senjata namun tidak akan bermanfaat optimal tanpa orang yang piawai di belakangnya. Betapapun melimpah ruahnya sumber daya alam di Negara ini tidak akan maju tanpa adanya SDM yang mengelolanya. Dan betapapun hebatnya undang-undang dan peraturan dibuat, akan tetap menjadi konsep di atas kertas bila tidak ada orang-orang yang mlelaksanakanya. Inilah realita kehidupan.

Seorang manusia bisa berbobot seribu bahkan terkadang lebih, bila memiliki spesialisasi yang ditekuninya, dan kemauan keras yang mampu membangkitkan bangsa yang tertidur semuanya.Ketika Khalid bin Al-Walid mengepung kota Hirah beliau meminta bantuan bala tentara dari Abu Bakar Shidiq r.a. namun beliau cuma mengirimkan seorang tentara bernama Al-Qa’qa’ bin Umar At-Tamimiy dimana Abu Bakar mengatakan : “Bala tentara yang terdapat di dalamnya personil semisal al-Qa’qa’ tidak akan terkalahkan”. Dalam kesempatan lain, beliau menegaskan: “Suara al-Qa’qa’ dalam tentara lebih hebat dari seribu personil”.

Sekarang, SDM macam apa yang kita inginkan? Apakah yang sudah tua, beruban dan sudah lemah jasmaninya? SDM unggulan tidak harus orang yang sudah tua saja. Juga tidak mesti turunan darah biru. Sebab banyak orang sudah berumur lima puluhan atau enam puluhan bahkan lebih, tapi hatinya seperti anak kecil, menyenangi hal-hal sepele. Banyak juga turunan ningrat tapi cuma nebeng ketenaran orang tuanya. Sebuah sya’ir menegaskan: “Pemuda unggulan bukanlah yang membanggakan bapaknya, akan tetapi dialah yang mengatakan inilah hasil karyaku”.

Pernah terjadi, seorang anak muda belia menghadap khalifah Umawi mengatasnamakan kaumnya, khalifah berkata: “Suruhlah orang yang lebih tua darimu untuk maju menghadap”. Anak muda menjawab: “Wahai Amirul Mukminin, seandainya asal orang tua saja yang harus disuruh maju ke depan, berarti dalam umat Islam ini banyak orang yang lebih layak untuk menjadi khalifah dari pada tuan”.

Itulah contoh anak belia yang berotak besar. Adapun di Negara kita ini, alangkah banyaknya orang tua yang berotak kerdil yang cuma menjadi robot penguasa, pemuas hawa nafsu dan pemburu materi dan jabatan. Keunggulan seseorang bukanlah ditentukan besarnya jasmani atau tingginya badan. Allah menggambarkan orang-orang munafiq bagaikan orang-orang yang bertubuh mengagumkan, bicaranya meyakinkan akan tetapi bagaikan kayu yang disandarkan dan tidak mampu mandiri. (lihat surat al-Munafiqun: 4)

Abdullah bin Mas’ud adalah sahabat Rasulullah yang kurus ramping. Pernah terjadi pada suatu hari, kedua betisnya tersingkap sehingga para sahabat menertawakannya. Rasulullah saw yang menyaksikan kejadian itu mengatakan: “Apakah anda tertawa karena betisnya yang kecil? Demi dzat yang jiwaku ada pada genggama-Nya, sungguh kedua betisnya lebih berat dalam timbangan dari gunung Uhud sekalipun”.

Ketokohan seseorang bukanlah karena umurnya, hartanya, atau jabatannya. Akan tetapi ditentukan oleh kekuatan jiwanya yang mampu mendorong dirinya untuk melakukan hal-hal terpuji, menjauhi semua yang sepele. Kebesaran jiwa yang menjadikan dirinya besar walau berbadan kecil. Kekuatan yang memacu dirinya untuk memberi sebelum mengambil, menunaikan kewajiban sebelum menuntut hak. Ringkasnya, orang yang diharapkan adalah manusia-manusia yang berkekuatan akhlak mulia.

Bangsa Indonesia yang berjumlah sekitar 250 juta, dan hidup di atas bumi Nusantara yang subur dan kaya raya, tidak akan terpuruk dalam krisis berkepanjangan bila menyiapkan SDM unggulan dan memanfaatkannya secara maksimal. Bagaimana bangsa Indonesia bisa bangkit dari krisis ini, lalu mengejar Negara maju kalau rakyat dan para pejabatnya mementingkan diri sendiri, dikuasai nafsu syahwati dan terus-menerus tenggelam dalam dunia materialistik. Kita membutuhkan manusia-manusia berotak besar ataupun SDM unggulan untuk mengangkat bangsa ini dari keterpurukannya lalu bangkit memasuki dunia kompetisi sejajar dengan Negara-negara maju.

0 comments "Muqoddimah Mudir dalam Penyambutan PSB Pondok Pesantren Modern Al-Hassan", Baca atau Masukkan Komentar

Post a Comment