Seribu manusia ada yang berbobot seorang,
dan satu orang ada yang berbobot seribu, bila yang satu memiliki perhatian besar
terhadap sesuatu. (syair arab).
Dalam sebuah rumah di kota madinah, duduklah Umar r.a.
bersama sahabat-sahabatnya seraya berkata kepada mereka: “Cobalah berharap”,
salah seorang mereka berkata: “Aku mengharapkan seandainya rumah ini dipenuhi
dengan emas lalu aku infakkan semua dijalan Allah”. Umar r.a mengulangi
ucapannya: “Berharaplah”, sahabat lain berkata: “Aku mengharapkan seandainya
rumah ini penuh dengan permata dan intan yang bisa aku sedekahkan semuanya di
jalan Allah”. Umar r.a mengulang sekali lagi permohonannya: “Berharaplah”, para
sahabat serentak menjawab: “Wahai Amirul Mukminin, kami belum menangkap apa
yang kau inginkan?” Beliau menjawab: “Aku mengharapkan orang-orang seperti Abu
Ubaidah bin Jarrah, Mu’adz bin Jabal dan Salim budak Abu Hudzaifah, yang
semuanya bisa membantuku berjuang Lii’lai kalimatillah”.
Memang Umar r.a hebat, beliau mengetahui betul apa yang dibutuhkan untuk
membangun sebuah kebudayaan agung, dan membangkitkan suatu umat yang statis.
Beliau amat luar biasa ketika tidak mengharapkan emas atau intan permata tapi
mengharapkan orang-orang istimewa yang berotak besar yang mampu mendukung
kebenaran dan menggapai kemenangan.
Setiap ummat dan perjuangan yang besar membutuhkan “otak-otak besar” yang
menggerakkan, membangkitkan dan mengarahkan perjalanannya. Disamping dukungan
kekayaan dan sumber daya alam. Namun SDM unggulan lebih berharga dari sumber
daya alam yang amat mahal sekalipun. Barangkali disinilah rahasianya mengapa
Rasulullah saw pernah bersabda: “Manusia-manusia
itu bagai seratus onta dimana anda hampir-hampir tidak menjumpai satu pun yang
menjadi rohilah (unta yang mampu membawa beban)”.
Manusia berotak besar merupakan inti kehidupan suatu bangsa. Betapapun
hebatnya suatu senjata namun tidak akan bermanfaat optimal tanpa orang yang
piawai di belakangnya. Betapapun melimpah ruahnya sumber daya alam di Negara
ini tidak akan maju tanpa adanya SDM yang mengelolanya. Dan betapapun hebatnya
undang-undang dan peraturan dibuat, akan tetap menjadi konsep di atas kertas
bila tidak ada orang-orang yang mlelaksanakanya. Inilah realita kehidupan.
Seorang manusia bisa berbobot seribu bahkan terkadang lebih, bila
memiliki spesialisasi yang ditekuninya, dan kemauan keras yang mampu
membangkitkan bangsa yang tertidur semuanya.Ketika Khalid bin Al-Walid mengepung kota Hirah beliau meminta bantuan
bala tentara dari Abu Bakar Shidiq r.a. namun beliau cuma mengirimkan seorang
tentara bernama Al-Qa’qa’ bin Umar At-Tamimiy dimana Abu Bakar mengatakan :
“Bala tentara yang terdapat di dalamnya personil semisal al-Qa’qa’ tidak akan
terkalahkan”. Dalam kesempatan lain, beliau menegaskan: “Suara al-Qa’qa’ dalam
tentara lebih hebat dari seribu personil”.
Sekarang, SDM macam apa yang kita inginkan? Apakah yang sudah tua,
beruban dan sudah lemah jasmaninya? SDM unggulan tidak harus orang yang sudah
tua saja. Juga tidak mesti turunan darah biru. Sebab banyak orang sudah berumur
lima puluhan atau enam puluhan bahkan lebih, tapi hatinya seperti anak kecil,
menyenangi hal-hal sepele. Banyak juga turunan ningrat tapi cuma nebeng
ketenaran orang tuanya. Sebuah sya’ir menegaskan: “Pemuda unggulan bukanlah yang membanggakan bapaknya, akan tetapi
dialah yang mengatakan inilah hasil karyaku”.
Pernah terjadi, seorang anak muda belia menghadap khalifah Umawi mengatasnamakan
kaumnya, khalifah berkata: “Suruhlah orang yang lebih tua darimu untuk maju
menghadap”. Anak muda menjawab: “Wahai Amirul Mukminin, seandainya asal orang
tua saja yang harus disuruh maju ke depan, berarti dalam umat Islam ini banyak
orang yang lebih layak untuk menjadi khalifah dari pada tuan”.
Itulah contoh anak belia yang berotak besar. Adapun di Negara kita ini,
alangkah banyaknya orang tua yang berotak kerdil yang cuma menjadi robot
penguasa, pemuas hawa nafsu dan pemburu materi dan jabatan. Keunggulan
seseorang bukanlah ditentukan besarnya jasmani atau tingginya badan. Allah
menggambarkan orang-orang munafiq bagaikan orang-orang yang bertubuh
mengagumkan, bicaranya meyakinkan akan tetapi bagaikan kayu yang disandarkan
dan tidak mampu mandiri. (lihat surat al-Munafiqun: 4)
Abdullah bin Mas’ud adalah sahabat Rasulullah yang kurus ramping. Pernah
terjadi pada suatu hari, kedua betisnya tersingkap sehingga para sahabat
menertawakannya. Rasulullah saw yang menyaksikan kejadian itu mengatakan: “Apakah
anda tertawa karena betisnya yang kecil? Demi dzat yang jiwaku ada pada
genggama-Nya, sungguh kedua betisnya lebih berat dalam timbangan dari gunung
Uhud sekalipun”.
Ketokohan seseorang bukanlah karena umurnya, hartanya, atau jabatannya.
Akan tetapi ditentukan oleh kekuatan jiwanya yang mampu mendorong dirinya untuk
melakukan hal-hal terpuji, menjauhi semua yang sepele. Kebesaran jiwa yang
menjadikan dirinya besar walau berbadan kecil. Kekuatan yang memacu dirinya
untuk memberi sebelum mengambil, menunaikan kewajiban sebelum menuntut hak.
Ringkasnya, orang yang diharapkan adalah manusia-manusia yang berkekuatan
akhlak mulia.
Bangsa Indonesia yang berjumlah sekitar 250 juta, dan hidup di atas bumi
Nusantara yang subur dan kaya raya, tidak akan terpuruk dalam krisis
berkepanjangan bila menyiapkan SDM unggulan dan memanfaatkannya secara
maksimal. Bagaimana bangsa Indonesia bisa bangkit dari krisis ini, lalu mengejar
Negara maju kalau rakyat dan para pejabatnya mementingkan diri sendiri,
dikuasai nafsu syahwati dan terus-menerus tenggelam dalam dunia materialistik.
Kita membutuhkan manusia-manusia berotak besar ataupun SDM unggulan untuk
mengangkat bangsa ini dari keterpurukannya lalu bangkit memasuki dunia
kompetisi sejajar dengan Negara-negara maju.
0 comments "Muqoddimah Mudir dalam Penyambutan PSB Pondok Pesantren Modern Al-Hassan", Baca atau Masukkan Komentar
Post a Comment